Pages

Oct 26, 2004

Manusia, ah, manusia!

Manusia adalah mahluk yang beraneka ragam karakternya. *which indeed color this universe!*

Ada temanku yang baru saja berhasil melewati trauma 'malam pertama' dan 'tugas istri' *thanks to my expert advice ;)*, sekarang dia cerita terbarunya adalah 'takut melahirkan'. Untung saja, si mbak ini belum hamil. Pas buka puasa bareng beberapa hari yang lalu, kembali dia bertanya-tanya kepada kami *tiga orang perempuan yang sudah berhasil melahirkan*, bagaimana sih rasanya melahirkan, ada epidural gak di indonesia *obat anestesi yg diinjeksi di tulang belakang*, berapa lama sakitnya kalau lahir normal, gimana kalo operasi, sakit ya pas dijahit....sambil pasang ekspresi yang sangat polos dan takut.

Kadang kita merasa ketakutan terhadap sesuatu yang belum kita ketahui sama sekali!!!!

Temanku ini kan belum pernah hamil, kok tau kalau melahirkan itu sakit? "Kata temanku", gitu katanya. Wah, terlalu banyak mendengar cerita-cerita subyektif ttg sesuatu hal memang bisa membentuk opini kita, yang belum tentu benar. *kayak tugasnya Media, membentuk opini publik :)*

Lalu ada juga, temanku yang lain lagi, tidak mau punya anak *sudah nikah luaammma banget* karena dia masih sekolah doctoral. Padahal istrinya udah ngebet banget pengen punya bayi. Wajarlah ya, naluri perempuannya keluar juga.

Katanya, dia tidak mau terganggu sekolahnya untuk urusan anak. Kehidupannya sekarang saja sudah cukup rumit, begitu menurut dia. Walaaah... Gimana dia ngeliat keluarga kami ya. Aku sekolah, Abdes kerja, Getar yang sedang lincah-lincahnya, berjuang pontang panting, berusaha memenuhi cita-cita keluarga untuk menjadi manusia berkualitas.

Sering kita tidak mau direpotkan oleh sesuatu, yang seringkali kita buat jadi beban di benak kita. Padahal belum dijalankan 'sesuatu' itu. Kalau dijalankan dengan cara kita, belum tentu yang menjadi beban untuk orang lain, akan jadi beban untuk kita. Atau sebaliknya. Akhirnya kita menjalankan hidup ini dengan cara menghindari resiko. Kalau ketemu palang, bukannya palangnya dicoba buka dulu. Eh, malah menghindar dan cari jalan lain.

Nah, ada lagi temanku, masih muda, belum juga seperempat abad umurnya, udah pengen banget nikah sama seorang perempuan yang ada di Jkt. Lha, kalau pacarannya sudah lama dan mantap mengenal karakter masing-masing, gak masalah. Temanku ini, cuma sempat 'kopi darat' dengan si cewek selama beberapa bulan, pas libur summer kemarin. Sisanya? Pacaran gaya cyber love! *dia biasanya mesem2 kalau Abdes dan aku komentari soal ini.* Chatting, sms, e-mail. Waduh, ini kan hubungan semu. Aku kok gak yakin ya, ada interaksi fisik dan psikis via cyber, untuk membina hubungan jangka panjang dengan seseorang.

Kami anjurkan sebuah doa kepada teman ini. "Minta sama Allah, kalau memang jodoh, supaya dilancarkan jalannya. Kalau tidak jodoh, agar segera dijauhkan."

Temanku ini takut mengucapkan doa tersebut *dulu, dia juga dianjurkan doa yang sama oleh Bundanya*. "Takut, kalo dia nggak jadi sama aku!" Lha?

Kita seringkali punya obsesi, ambisi, keinginan super berat. Segala jalan ditempuh untuk memenuhi ambisi tersebut. Kalau berhasil, bangganya bukan main! Kalau gagal, jadi stres, jatuh mental. Bukankah setiap usaha kita tetap harus diimbangi dengan kemungkinan gagal? Tidakkah kita percaya, bahwa setiap usaha yang maksimal, diimbangi dengan niat positif, akan memberi hasil yg terbaik juga? Dan.... apa yang kita rasa terbaik untuk kita, sesungguhnya bukan yang terbaik?

Everybody has their own rights to live their lives. Tapi, aku hanya ingin mendeskripsikan saja, macam-macam karakter manusia. Aku jadi belajar, dari pengenalan karakter orang-orang di sekitarku.

*karakter aku pun pasti aneh, kalau dideskripsikan oleh orang lain. he..he..he...*

No comments: