Secuil Tentang Pemuda dan Burung

Pagi ini, saya melihat seorang pemuda, seperti mahasiswa, dengan penampilan punk turun dari motornya di gerbang kampus. Dia berjalan dua meter dari tempat motornya diparkir. Membungkuk. Memungut sesuatu. Dibelainya.

Ternyata mahasiswa muda punk itu memungkuk dan membelai seekor burung kecil (entah apa nama burung itu). Sang burung, yang nasibnya beruntung tidak digilas motor ataupun mobil ataupun bis kampus, tidak bisa terbang. Mungkin dia baru belajar terbang, gagal take-off dari pohon tempatnya tinggal....seperti kejadian pesawat di bandara Medan, yang kabarnya keberatan muatan durian. Mungkin dia berantem di angkasa, diserempet burung lain yang sok jago, sampai jatuh ke tanah, seperti kisah kehidupan manusia sekarang yang serba anarkis. Mungkin, sang burung sedang tidak enak badan, pusing di angkasa, lalu jatuh. Mungkin sang burung mencoba bunuh diri, seperti juga halnya manusia, yang kisah bunuh dirinya menghiasi kolom berita lokal.

Lalu, siapa si pemuda yang baik hati itu? Mahasiswa kedokteran hewan? Mahasiswa kedokteran umum? Mahasiswa peternakan? Atau pegawai kampus? Atau bukan siapa-siapa?

Benarkah dia baik hati? Apa benar sang burung akan diobati dan dipelihara? Diobati dan dijual? Diobati dan dilepas? Atau akan dimakan? Atau cuma akting di depan umum, seakan-akan dia seorang penyayang burung?

Entah.

Pemandangan lima detik yang saya lihat tadi pagi membuat saya tergugah untuk menuangkannya dalam bentuk secuil tulisan ini. Itu saja. Tak ada maksud apa-apa.